Pages

QINAntiARGA

    Qina terdiam, duduk di salah satu anak tangga rumah sambil memegang hand phone nokia N73 pinknya. Dia baru saja mendapat pesan dari Arga, yahh... lelaki yang sudah 3 tahun menjadi pacarnya sejak SMP. Lalu mengapa dia terdiam? Sudah pasti isi pesan singkat itu membuatnya kecewa hingga tak dapat berbuat apa – apa bahkan untuk beranjak pun dia tak sanggup.
  
Agarrrr (081241628xxx) 


Maaf Q gak smpt ktmu n pmit lngsng m km jg sm kluarga km, Q dah k jkt ntar sore bsk lngsng k Bdg, mksih ya atas doa.y aq bs lu2s smpe thp ini n maaf soal yg kmrin drmh km, ju2r aq gak mksd nyakitin km, aq sm nou Cma brcnda godain tuh ank smp tp skrng ini tlng gak usah dbhas ya, aq pengen konsen k tes slanjt.y n aq jg pengen spy km bisa konsen buat snmptn, bkn.y mw lu2s ilmu ksehatan kan? Dahh salammm ;) 


    Kalut menyelimuti hati Qina saat itu, Dia tak percaya Arga tak sempat bertemu meski hanya 5 menit untuk mengucapkan selamat tinggal saja, yang biasanya untuk ke luar kota sehari pun dia menyempatkan pamit langsung dengan Qina, sedangkan kepergiannya kali ini untuk berbulan – bulan lamanya atau mungkin setahun. 


    Memang pertemuan mereka yang terakhir malam itu penuh emosi  dari Qina, dia membaca beberapa pesan di hand phone Arga dengan temannya Nou, Nou juga teman Qina tapi mereka tak begitu akrab lagi sejak Qina masuk SMA. Mereka sedang membahas seorang anak SMP yang ditawarkan Nou untuk didekati, mungkin Mereka hanya sedang bercanda karena sudah tak lama bercakap lewat pesan. Tapi itulah Qina, seorang gadis manja, cengeng dan sangat cemburuan, mereka berdebat hebat malam itu meski Arga berusaha menenangkan Qina tapi tidak berhasil dan Arga pulang dengan paksaan dari Qina.


    Qina sadar Dia salah, mestinya saat – saat terakhir bersama Arga dihabiskan dengan senyuman dan kebahagiaan sebelum mereka berpisah untuk setahun. Tapi memang penyesalan timbul setelah semua sudah tidak berguna, Qina tak mungkin berlari ke rumah Arga sore itu juga dan meminta maaf lalu memeluknya erat – erat hingga klakson mobil Ayah Arga berbunyi berulang kali. Qina hanya tunduk lesu dengan mata memerah menahan air matanya yang sangat mudah berlinang. 


    Dan seperti biasa, saat sedang gundah Dia mengadu pada dua orang sahabatnya, Kiran dan Fay. Mereka bersahabat sudah lama, hampir separuh dari usia mereka sehingga sudah saling mengenal satu sama lain. Kiran dan Fay memang Dua orang yang sangat bisa diandalakn Qina untuk menghibur dirinya saat itu juga, dan dengan lekas Mereka akan berada disamping Qina. 


    “mungkin dia gak mau kalian bertengkar makanya gak ketemu langsung, kan bisa kamu sms ato telpon lagian desember dia ada liburan dan pasti balik kan?” kalimat pertama oleh Kiran, Kiran sekelas dengan Qina dan Arga, meski Kiran terkesan cuek tapi dia cukup bijak dan tenang jika menghadapi masalah. 


    “iya naa’, Kiran bener tuh kita taukan Arga gimana, dia gak mau ganggu orang kalo lagi emosi, ingat waktu kamu anarkis dikelas kamu ? dia dekatin pas kamu udah ngerusak semuanya pas udah plong emosi kamu... hehhh”  Fay berusaha menghibur Qina dengan menceritakan kelabilan Qina Tiga bulan yang lalu. 


    Air mata Qina pun tak tertahan lagi, Dia menangis didepan Dua Sahabat karibnya. Kiran dan Fay mengerti betul akan perasaan Qina, perasaan seorang gadis 16 tahun ketika berpisah dengan seorang lelaki yang sudah 3 tahun menjadi pacar sekaligus teman kemana, dimana dan kapanpun.


    Qina dan Arga memang tak pernah terpisah dalam waktu yang cukup lama, paling lama seminggu jika liburan sekolah saat Qina ke kampung halaman orang tuanya. Selain dari itu mereka kemana dimana dan kapan pun selalu bersama, apalagi sejak SMA mereka sekelas. Itu yang membuat Qina sangat sedih dan kecewa akan sikap Arga yang seolah tak lagi menganggap dan menghargai kebersamaan mereka selama ini. 


Mengapa tak ingin bertemu dan menatapku walau sebentar saja? 
Tak usah bersuara, kalau itu memberatkan mu.... 
Tak usah tersenyum, kalau itu menyusahkan mu.... 
Pandangi aku saja... 
Pandangi aku yang selalu bersamamu 
Pandangi aku yang selalu setia padamu 
Pandangi aku yang selama 3 tahun mengisi hari – harimu 
Tak beratikah tiga tahun bagimu ? 
Tak berartikah tiga puluh delapan bulan bagimu ? 
Tak berartikah seribu seratus lima puluh lima hari bagimu ? 
Lantas apa arti seorang Qinanti Trinoviana buatmu ?

to be continued ...

0 komentar:

Posting Komentar