Pages

QINAntiARGA (full)

    Sebulan Dua bulan dan hingga berbulan – bulan lamanya tak ada kabar dari Arga, kotak masuk pesan di hand phone Qina tak dihiasi lagi oleh pengirim “Agar” yah... agar adalah panggilan Qina untuk Arga sejak mereka saling mengenal di SMP 4 tahun yang lalu.

Kesedihan dan kekalutan hati Qina tak lagi seperti saat – saat pertama perpisahan mereka, bukan karena Dia telah melupakan Arga, tentu itu hal yang sangat tidak mungkin terjadi. Sejak lulus di jurusan Ilmu kesehaan, Dia mulai sibuk dengan ospek penerimaan mahasiswa baru dan kegiatan – kegiatan kampus lainnya. Dia sadar bahwa suasanan baru di kehidupan barunya membuat rasa sedih dan kalut mulai hilang secara perlahan, namun perasaannya untuk seorang Arga tak akan pernah berkurang sedikit pun.
Tak ada yang tau bagaimana masa lalu seorang Qina, bagaimana perasaannya saat ini, hampir seluruh teman kampusnya adalah orang – orang baru, kedua Sahabatnya berbeda kampus, Kiran melanjutkan kuliah di Ilmu Ekonomi sedangkan Fay di Teknik Arsitektur. Teman kampus Qina mengenalnya sebagai seorang yang ramah, cerewet dan lumayan pandai. Tak sedikit lelaki yang mengagumi bahkan menginginkannya sebagai pacar. Qina memang selalu menjaga perasaannya terhadap Arga, tapi dia tak menutup hati untuk orang lain yang ingin mendekatinya. Biarlah perasaan untuk Arga hanya Dia dan Sang Pencipta yang tau.
Tuhan... bodohkah Aku ?
Bodohkah Aku dengan perasaan ini ?
Perasaan menyayangi Arga ?
Perasaan merindukan Arga ?
Jangan hapuskan, Tuhan...
Biarkan perasaan ini tetap pada pemiliknya
Biarkan perasaan ini tetap hidup seutuhnya
Biarkan perasaan ini tetap tersimpan dengan indahnya

Qina bahagia dengan perasaannya, Dia merasa tiap langkah ada Arga disampngnya, tiap senyuman yang dikembangkannya pun Arga salah satu alasannya. Dia menganggap itu bukanlah suatu kebodohan atau kegilaan, tapi itulah anugerah yang Tuhan karuniakan untuknya, untuk seorang remaja biasa dengan perasaan luar biasa. Tak ada alasan bagi Qina membuang perasaan itu.
14 Juni 2008
Tepat Dua tahun keberangkatan Arga dan selama itu juga Qina sama sekali tak mendapat kabar apa – apa tentang Arga. Teman – teman SMA mereka sudah sibuk dengan urusan kuliah masing – masing sehingga untuk saling menyapa dengan sengaja tak ada yang sempat. Keluarga Arga juga sudah pidah ke Kalimantan Dua bulan setelah keberangkatan Arga ke Jakarta, katanya Ayah Arga dipindahtugaskan kesana dan nenek Arga yang memang orang Kalimantan sering sakit – sakitan hingga membutuhkan perawatan anaknya.
Fay (085298873xxx)
Gadis – gadisku, ketemuan yukk ! lunch bareng gimana ? aku tunggu di Solaria jam 2 okeh ? *yang gak dateng gak dapat oleh – oleh dari aku minggu depan :p
-          Huhh... pinter ngancem emang kmu... Q usahaiin, diss ;)
Pesan singkat dari Fay menjadi sambutan Qina hari itu, mereka memang ada janji ketemuan sebelum Fay berangkat ke Balikpapan untuk menghadiri acara pernikahan sepupunya. Sudah ada rencana dipikiran Qina jauh sebelum Fay mengajak untuk ketemuan dengannya. Bukan ingin meminta oleh – oleh tertentu, tapi untuk meminta bantuan Fay agar menanyakan kabar Arga kepada keluarganya di Samarinda, Kalimantan. Balikpapan dan samarinda tidak begitu jauh, apalagi keluarga Arga tinggal di perbatasan kota Smarinda dan Balikpapan. Hari itu menjadi hari yang istimewa bagi Qina.
“lamaa aku nunggu kalian, pelayannya udah dari tadi mondar – mandir” ketus Fay ketika Qina dan Kiran baru tiba dan duduk di depan bangkunya.
“maaf, tadi aku ada lab jadi yaa gitu deh” jawab Qina dengan nafas yang masih terlengah 0 lengah
“aku sih selesainya dari tadi, Cuma nungguin Nyobes ini nih” sambung Kiran dengan senyum sinis dibibir tipisnya.
Mereka selesai makan, Qina tiba – tiba memulai pembicaraan yang sejak tadi ingin dia ungkapkan
“Fay, Balikpapan dekatkan sama Samarinda ?” tanya Qina dengan menatap ke arah Fay yang masih meneguk sisa minumannya.
“gak, uhhh jauh beudd... mesti lewat tiga gunung tujuh padang trus empat belas pematang sawah... huahhhahahaa” jawab Fay dengan panjang lebar yang diakhiri tawa keras.
“uhhh... percaya deh ama mak lampir” sambung Qina dengan mata menyipit ke arah Fay.
“hehee... aku tau kok, apa dipikiran kamu, aku bakalan nyari alamat keluarganya Arga di Samarinda, kebetulan keluarga aku pengen kesana jengukin kebun kelapa sawit, ehh kebun kok di jengukin yaa... alamat lengkap keluarga Arga juga udah aku kantongin dapet dari bapaknya Kiran.. hehhh” ungkap Fay dengan senyuman dan wajah yang penuh semangat.
“serius kalian?” tanya Qina ingin memperjelas.
“iyah, serius banget !” sambung Kiran.
“wahh makasih yaa, kalian emang sahabat aku yang paling baik” kata Qina dengan mata yang berseri – seri.
“tadi aja dibilang mak lampir” ketus Fay sambil mencubit pipi kiri Qina yang montok.

Sudah seminggu setelah pertemuan Qina, Kiran dan Fay. Dia sudah tidak sabar menanti kabar dari Fay, tentang Arga dari keluarganya di Samarinda, Dia percaya kalau kabar yang Fay bawa untuknya akan menenangkan dan mengobati rasa rindunya yang teramat dengan Arga. Aina dan Fay tak pernah berkomunikasi selama Fay berada di Balikpapan, sinyal hand phone sangat sulit disana.
Minggu, 22 Juni 2008
Kiran dan Fay tiba dirumah Qina usai shalat Duhur, Qina begitu senang melihat sahabatnya Fay kembali dengan selamat dari Kalimantan, dan tentu membawa sesuatu yang sangat istimewa untuknya.
“ciiiee yang dari Kalmantan, masih ada aroma pewangi pesawatnya tuh... hehehee” spontan Qina dengan leluconnya ketika Fay dan Kiran duduk bersandar di kursi ruang tivinya.
“naa’, aku udah ketemu sama keluarganya Arga, mereka Alhamdulillah baik – baik aja trus titip salam buat kamu... dan... titip ini” ucap Fay menjelaskan kepada Qina lalu memberikannya secarik kertas ukuran A4.
“ohh ??”

Dari Agarr untuk Qinari :D
Aku ingin bersama dan menatapmu selamanya jika saja Tuhan mengkehendaki
Aku ingin bernyanyi untukmu selamanya jika saja Tuhan mengkehendaki
Aku ingin tersenyum untukmu selamanya jika saja Tuhan mengkehendaki
Dan Aku ingin memandangimu selamanya jika saja Tuhan mengkehendaki
Memandangimu yang selalu bersamaku
Memandangimu yang selalu setia padaku
Memandangimu yang selalu mengisi tiap detik hari – hariku

Jika saja ada angka tak terbatas yang Tuhan ciptakan untuk kita
Maka akan kukalikan dengan tiga tahun, tiga puluh delapan bulan, atau seribu seratus lima puluh lima hari untuk kuhabiskan denganmu hanya dengan mu...
Qinanti Trinoviana....
Nama ini selalu dengan lembut terucap oleh lidahku yang makin hari sulit kugerakkan
Nama ini begitu hangat terasa dihatiku yang makin hari makin tak sanggup bertahan
Dan nama inilah kelak menjadi penutup nafasku yang akan kubawa dan kukenalkan pada Tuhan di hari esok saat Dia memintaku tinggal bersamanya.
kuharap Tuhan tak mematikan kenanganku dan segala tentangku dihati pemilik nama ini....

THE END

0 komentar:

Posting Komentar